menguak misteri jenglot bagian 2
Menurut Ahli Forensik FKUI-RSCM: Jenglot Bukan Manusiadr Budi Sampurna DSF dari bagian Forensik RSCM bernah memeriksa mahluk misteris tersebut ( jenglot ). Benda yang memiliki ukuran sepanjang 10,65 cm, yang memiliki bentuk menyeramkan yang menyerupai boneka itu memiliki bagian bagian di antaranya seperti kepala, badan, tangan dan kaki serta rambut terurai sepanjang 30 cm. dengan memiliki Ukuran masing-masing postur yang tampak proporsional. Hanya saja, ukuran pada ukuran kuku-kuku dan jarinya serta taring yang memiliki yang sangat panjang. Biasanya ukuran Taring mencuat dengan ukuran hampir sepanjang ukuran kepala, dengan ukuran kuku kuku yang panjang serta runcing. Hingga membuat bulu kuduk orang melihat nya menjadi merinding. Menurut hendra “ biasa nya jenglot di beri makan setiap 35 hari, yang di berikan setiap jum’at legi dengan satu tetes darah yang sudah di campur dengan minyak jafaron “
Tak ada yang tahu apakah mahluk misterius tersebut benar benar meminum darah atau tidak, Menurut Hendra, masih terdapat kehidupan dalam tubuh jenglot. , menurutnya, Tanda kehidupan itudapat dilihat dari rambut dan kukunya yang memanjang serta bola matanya yang bisa berpindah setiap saat.
Benarkah jenglot dan kawan-kawannya itu masih hidup atau setidaknya pernah hidup?
dengan berani Hendra mengajukan “tantangan” agar para ahli kedokteran berkenan melakukan penelitian yang di lakukan secara objektif. Pihak forensik RSCM tertarik untuk meneliti “kemanusiaan” jenglot, Tampaknya gayung bersambut.
Tentu saja penelitian yang di lakukan bukan berdasarkan ilmu klenik,akan tapi di lakukan secara medis berdasarkan pada dasar disiplin ilmu pengetahuan. Maka pada tanggal 25 September 1997 hari Kamis, siang, makhluk jenglot diperiksa secara medis di RSCM .maka dengan otomatis Ruang forensik dan ruang rontgent di RSCM mendadak mendadak menjadi penuh sesak dengan pengunjung.
Para pengunjung yang hadir terdiri dari paramedis, mahasiswa kedokteran, wartawan dan sejumlah pengunjung RS yang tertarik untuk melihat bentuk mahluk misterius tersebut / jenglot yang di letakan dalam kotak kayu berukir . Budi Sampurna DSF mengatakan, Ahli Forensik FKUI-RSCM, pemeriksaan jenglot merupakan tantangan menarik bagi dunia kedokteran untuk membuktikannya dari segi keilmuan dengan latar belakang seperti yang telah diketahui masyarakat luas.
guna membuktikan kemanusiaan jenglot, Menurut dr Budi, penelitian dilakukan deteksi dengan alat rontgent guna mengetahui struktur susunan tulangnya serta pemeriksaan bahan dasar seperti C,H,O atau proteinnya sebagai unsur kehidupan.
ahli forensik mengambil sampel dari bahan yang diduga sebagai kulit atau daging jenglot serta sehelai rambutnya. Untuk keperluan penelitiaan, oleh Hendra sendiri Pengambilan sampel dilakuan , pada saat datang ke RSCM hendra datang membawa serta tiga batang hio. katanya perihal hio “Untuk menjaga hal hal yang tidak di inginkan agar tidak terkena sawab-nya (pengaruh),”.
Jenglot oleh Dokter Djaya Surya Atmaja kemudian di foto dan di ukur berbagai bagian “tubuh nya ” jenglot. Setelah itu dr Muh Ilyas dokter spesialis radiologi, jenglot di periksa menggunakan sinar X. Hendra sendiri menolak jika barang koleksinya dibedah. Guna kepentingan pemerikasaan lebih lanjut Alasannya akan dapat membuat , jasad Jenglot akan menjadi rusak.
Hasil rontgent yang disaksikan puluhan wartawan, paramedis, mahasiswa praktek, ternyata hanya menampilkan bentuk struktur menyerupai penyangga dari kepala hingga badan .Usai pemeriksaan ternyata hasilnya menyatakan jenglot tak memiliki struktur tulang. “Ada bagian jaringan serupa daging, namun kita belum bisa memastikan apakah itu daging atau bahan lainnya,” Selain itu terlihat juga jaringan kuku dan empat gigi selebihnya tak ada. kata Muh Ilyas.
jenglot diteliti dengan CT Scan Guna mendapat hasil lebih mendetail. kendati kenampakan luar menyerupai manusia Ternyata jenglot tidak memiliki struktur seperti manusia. untuk mengetahui golongan darah, DNA-nya Kini pihak Forensik FKUI-RSCM masih meneliti sampel kulit/daging serta rambut jenglot. “waktu yang dibutuhkan guna penelitian sekitar tiga minggu,” menurutnya.
Majalah Gatra, Nomor 52/III, 15 November 1997 memberikan laporannya mengenai jenglot. Penelitian yang dilakukan Dokter Djaja Surya Atmaja PhD, dari Universitas Indonesia menunjukkan bahwa contoh kulit jenglot yang diperiksa memiliki karakteristik sebagai DNA (deoxyribosenucleic acid) manusia. “Saya kaget menemui kenyataan ini,” kata Djaja, doktor di bidang DNA forensik lulusan Kobe University, Jepang, 1995. Menanggapi hasil tersebut, Hendra mengatakan, “Apa pun hasilnya kita harus terima dong,” katanya.
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar